My Task

Senin, 17 November 2014

Manajemen Produksi Agribisnis

MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS
MATERIAL HANDLING,TIPE-TIPE LAYOUT,METODE LAYOUT
OLEH
JULIUS PARSAORAN S       05121001084
SUCI VISTARIA S                 05121001089
HARDI PS                                05121001090
SINTIA PUTRI PERDANA   05121001092
NURSITTAH                           05121001093
YENI SETIANINGSIH          05121001094
PANJI ILHAM RAMADHAN05121001095
YANIAR TRI H                      05121401018


JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2014



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam tiap proses produksi diperlukan beberapa pertimbangan yang matang menyangkut batas maksimal kerja dari suatu alat dan mesin yang digunakan selama proses tersebut berlangsung. Hal ini menjadi sesuatu penting untuk melihat sejauh mana alat-alat produksi mampu beroperasi. Jika dalam menjalankan fungsinya, alat tersebut dipaksakan, maka tidak menutup kemungkinan terjadinya over load, sehingga hal tersebut menyebabkan alat menjadi cepat aus.
Dengan demikian akan semakin membengkakkan biaya produksi. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa perencanaan kapasitas menjadi begitu penting. Perencanaan kapasitas adalah suatu proses sitematis untuk menentukan tingkat kapasitasnya optimal atas dasar permintaan pasar yang diperkirakan. Dalam perencanaan kapasitas ada pilihan-pilihan yang tetap harus diperhatikan agar sasaran perusahaan dapat dicapai.
Perencanaan kapasitas adalah proses untuk memutuskan kebutuhan kapasitas produksi oleh perusahaan untuk mempertemukan perubahan permintaan setiap produk. (http://en.wikipedia.org/wiki/Capacity planning).
Tujuan perancanaan kapasitas adalah pencapaian tingkat utilitas tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi, dimana penetapan ukuran fasilitas sangatlah menentukan. Perencanaan Kapasitas dapat Dilihat dalam tiga Horizon waktu:
a.       Kapasitas jangka pendek (< 3 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka pendek –kurang dari tiga bulan . ini dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan dan menyangkut pembuatan penyesuian –penyesuian untuk menghapus ‘’ variance’’ antara keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata . keputusan perencanaan mencakup alternatif – alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia, penggantian routing produksi
b.      Kapasitas jangka menengah (3-18 bulan)
Perencanaan kapasitas jangka menengah ( intermediet range) - rencana- rencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 18 bulan yang atau yang akan datang. Dalam  hal ini, kapasitas juga bervariasi karena alternative – alternative seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja, peralatan – peralatan bukan utama.


c.       Kapasitas jangka panjang p (>1 tahun)
Perencanaan kapasitas jangka panjang (long time) – lebih dari satu tahun. Di mana  sumber daya produktif memakan waktu lama untuk memperoleh atau menyelesaikan, seperti bangunan, peralatan atau fasilitas. Perencanaan kapasitas jangka panjang memerlukan partisipasi dan persetujuan manajemen puncak.

Tujuan
1.      Mahasiswa mampu menerangkan defenisi perencanaan kapasitas
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam perencanaan kapasitas
3.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang material handling
4.      Mahasiswa bisa menerangkan tipe-tipe layout
5.      Mahasiswa dapat mendeskripsikan tentang metode layout yang digunakan


MATERIAL HANDLING

1.       Pengertian Material Handling
Menurut Assauri (2008), dalam produksi terdapat bermacam-macam proses yang harus dilalui oleh produk tersebut untuk sampai selesai dan siap dikirim ke pasar. Pergerakan/perpindahan bahan itu disebut “ material movement ”. Akan tetapi bahan-bahan merupakan benda mati yang tidak dapat bergerak dengan sendirinya. Oleh karena itu dibutuhkan kegiatan pemindahan bahan yang disebut “material handling”. Jadi material handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan meletakkan bahan-bahan/barang-barang dalam proses di dalam pabrik sampai pada saat barang jadi/produk akan dikeluarkan dalam pabrik.
            Material handling (penanganan material) dapat diartikan sebagai menangani material dengan menggunakan peralatan dan metode yang benar. Perencanaan sistem material handling merupakan suatu komponen penting dalam perencanaan fasilitas terutama dalam kaitannya dengan desain tata letak. Oleh karena itu, perencanaan tata letak dan perencanaan penanganan material selalu saling terkait satu dengan yang lainnya. ( Eddy Herjanto ; Manajemen Operasi Edisi 3 ; Grasindo ; 2008 ; Hal 143 )
            Pengertian Material Handling menurut John A Stubin, dalam Business Management yaitu,
Material handling adalah suatu bagian yang integral dari proses produksi yang meliputi penyimpanan, pemuatan, penuranan, dan juga bagian transportasi mengangkut material ke pengepakan sampai barang jadi yang siap dipasarkan.
            Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa material handling adalah kegiatan mengangkat,  mengangkut,  meletakkan bahan-bahan dalam proses di dalam pabrik, kegiatan ini dimulai sejak bahan-bahan masuk, atau diterima di pabrik, sampai pada saat barang jadi dikeluarkan dari pabrik.
                  Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Pentingnya masalah pemindahan bahan ini karena tujuan utama dari pemindahan bahan berhubungan langsung dengan suatu cakupan yang luas yang berurusan dengan efisiensi produksi menyeluruh. 
Kegiatan material handling adalah kegiatan yang tidak produktif, karena pada kegiatan ini bahan tidak mendapat perubahan bentuk atau perubahan nilai, sehingga sebenarnya akan mengurangi kegiatan yang tidak efektif dan mencari ongkos material handling terkecil. Menghilangkan transportasi, tidaklah mungkin dilakukan, maka caranya adalah dengan melakukan hand off, yaitu menekan jumlah ongkos yang digunakan untuk biaya transportasi. Menekan jumlah ongkos transportasi dapat dilakukan dengan cara menghapus langkah transportasi, mekanisasi, atau meminimasi jarak. 

2.       Tugas - Tugas Bagian Material Handling
Tugas-tugas dari bagian material handling antara lain :
1.      Mengadakan penyelidikan dan analisis untuk dapat menentukan bagaimana kegiatan material handling dilakukan sehingga dapat lebih efisien.
2.      Merencanakan, mengadakan pengujian/pengetesan dari perkembangan alat-alat material handling yang baru.
3.      Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan yang perlu dilakukan dalam cara-cara pemindahan bahan (material handling) dan dalam pemasangan perlengkapan dan peralatan handling yang baru.
4.      Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporan mengenai pemasangan perlengkapan atau perlatan handling yang baru tersebut.

3.       Tujuan Material Handling
            Tujuan dari dilaksanakannya material handling adalah sebagai berikut ini :
1.      Menyediakan atau menempatkan bahan-bahan di tempat kerja. ("Make Ready").
2.      Melakukan kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang. ("Do").
3.      Memindahkan barang-barang, bahan-bahan dari tempat kerja. ("Put Away ").
            Pada dasamya tujuan diadakannya material handling adalah untuk menghilangkan pemborosan atau inefisiensi. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa tujuan material handling adalah untuk mengangkat, mernindahkan serta menempatkan material pada saat dibutuhkan, dan untuk melancarkan proses produksi agar barang-barang dapat diseiesaikan tepat pada waktunya, serta unutuk menekan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

4.       Biaya Material Handling
            Biaya yang keluar dari pelaksanaan kegiatan material handling terdiri atas, upah untuk orang yang memindahkan bahan (material handller), biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan yang digunakan dan biaya-biaya yang tidak dapat dipisahkan dan termasuk dalam biaya produksi untuk mengerjakan produk hasilnya. Dari biaya material handling ada sebagian yang termasuk biaya langsung (direct cost) dan sebagian biaya tidak langsung (indirect cost).
Biaya material handling ini sangat sulit dipisahkan dari unsur-unsur biaya produksi lainnya, maka sangat sukar untuk menentukan besarnya biaya material handling dengan tepat.
Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan dalam suatu perusahaan / industri  terdiri atas:
1.      Menyediakan atau menempatkan bahan-bahan di tempat kerja yang disebut “make ready”.
2.      Melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang-barang yang disebut “do”.
3.      Memindahkan barang-barang dan bahan-bahan dari tempat kerja yang disebut “put way”.

Biaya material handling ini terdiri atas:
a.       Upah orang yang memindahkan bahan (material handler),
b.      Biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan yang digunakan
c.       Biaya untuk mengerjakan produk hasilnya.

Suatu system dari material handling yang baik dan efisien akan memberikan keuntungan-keuangan atau sumbangan kepada pabrik secara efektif dengan jalan atau cara sebagai berikut:
·         Biaya handling menjadi lebih murah atau mudah.
·         Hasil yang dapat ditampung oleh pabrik lebih banyak. 
·         Berkurangnya waktu yang tidak produktif. 

Peralatan material handling yang biasanya dipergunakan dalam suatu perusahaan pabrik dapat dibedakan atas 2 macam :
·         Fixed path equipment yaitu peralatan material handling yang sudah tetap digunakan dalam proses produksi, dan tidak dapat digunakan untuk maksud-maksud lain.
·         Varied path equipment yaitu peralatan material handling yang sifatnya fleksibel dapat dipergunakan untuk bermacam-macam tujuan dan tidak khusus untuk mengangkut bahan-bahan tertentu. 

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan biaya material handling, antara lain:
1.      Pengurangan jumlah dan jarak pengangkutan. Hal ini dapat ditempuh dengan mengadakan perubahan terhadap layout.
2.      Pengurangan waktu yang dibuthkan di dalam pengangkutan bahan. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi atau menghilangkan sama sekali waktu-waktu menunggu (waiting time). Dengan melakukan penghematan terhadapwaktu maka akan terdapat penghematan berbagai macam biaya disampung itu jadwak waktupun dapat dipercepat. Penghematan waktu berarti pula pemanfaatan alat-alat material handling secara lebih efektif.
3.      Pemilihan alat pengangkutan bahan yang tepat Alat-alat pengangkutan bahan harus dipilih agar biaya operasional dan biaya modalnya minimum, terdapat keluwesan yang tinggi dalam pengangkutan bahan-bahan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi, dan sebagainya.

5.         Prinsip Dasar Material Handling
            Beberapa prinsip dasar yang perlu mendapat perhatian di dalam perencanaan penanganan material (material handling) adalah sebagai berikut :
1.      Sistem penanganan material yang disusun harus dapat memenuhi tujuan dan persyaratan dasar, serta mempertimbangkan keinginan masa datang.
2.      Sistem kegiatan penanganan dan penyimpanan hendaknya merupakan suatu sistem operaasi yang terintegrasi termasuk dalam penerimaan, inspeksi, penyimpanan, produksi, perakitan, pengemasan, pergudangan, pengangkutan dan transportasi.
3.      Peralatan penanganan material dan prosedurnya agar didisain sedemikian rupa dengan mempertimbangkan factor kemampuan manusia dan keterbatasannya, sehingga dapat terjadi interaksi yang efektif dengan manusia yang menggunakan sistem.
4.      Metode dan peralatan penanganan material yang dipilih harus memberikan biaya per unit angkut yang rendah.
5.      Faktor pemakaian energy dari sitem penanganan material dan prosedurnya harus diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
6.      Penggunaan ruangan harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
7.      Sedapat mungkin memanfaatkan gaya berat untuk memindahkan material, dengan tetap memperhatikan keterbatasan yang menyangkut factor keselamatan tenaga kerja, kerusakan maupun kehilangan produk.
8.      Untuk dapat meningkatkan informasi pengendalian material, sedapat mungkin menggunakan komputerisasi dalam sistem penanganan material dan penyimpanan.
9.      Dalam penanganan dan penyimpanan, arus data agar dapat diintegrasikan dengan arus fisik material.
10.  Urutan operasi dan tata-letak peralatan harus efektif dan efisien.
11.  Metode dan peralatan penanganan material agar distandarisasikan sehingga terdapat kesamaan dalam pelaksanaan dan acuan yang digunakan.
12.  Peralatan penanganan material jika mungkin dimekanisasikan untuk meningkatkan efisiensi.
13.  Metode dan peralatan penanganan material yang digunakan harus memiliki dampak minimal terhadap lingkungan.
14.  Metode penanganan harus sesederhana mungkin, dengan mengeliminasi, mengurangi, atau mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang tidak perlu.
15.  Metode dan peralatan yang dipilih sedapat mungkin bias digunakan untuk berbagai tugas dalam berbagai kondisi operasi.
16.  Metode dan peralatan penanganan material harus sesuai dengan peraturan keselamatan yang berlaku.
17.  Sistem penanganan material harus mencakup rencana pemeliharaan dan jadwal perbaikan untuk semua peralatan serta kebijaksanaan jangka panjang untuk penggantian peralatan dan metode yang usang.

Beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian material (Material Handling) antara lain:
1.      Produk, bentuk dan ukuran, jumlah unit rata-rata yang harus dipindahkan, daya tahan terhadap getaran dan benturan, bentuk dari bahan baku, dan barang setengah jadi yang harus dipindahkan.
2.      Pabrik, lokasi pintu, lokasi tangga, daya tahan lantai, letak rungan, dan jalur yang tersedia.
3.      Proses produksi, urutan, arah pemindahan material, dan perlengkapan produksi. 
4.      Peralatan material handling,
            Manfaat yang diperoleh dari material handling adalah:
1.      Penghematan biaya produksi, penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih efisien, serta meningkatkan produktifitas perusahaan. 
2.      Pengurangan sisa afval, yaitu produk-produk yang tidak sesuai standar.
3.      Menaikkan luas produksi. 
4.      Peningkatan kondisi kerja karyawan. 
5.      Distribusi material akan berjalan lebih baik.



TIPE – TIPE LAYOUT

            Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang, dan informasi di dalam dan antar wilayah. Beberapa pendekatan dalam tata letak adalah sebagai berikut:
1.      Tata letak dengan posisi tetap, guna memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat, seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.
2.      Tata letak yang berorientasi pada proses, berhubungan dengan produksi dengan volume rendah, dan bervariasi tinggi.
3.      Tata letak kantor, menempatkan para pekerja, peralatan, dan ruangan guna melancarkan aliran informasi.
4.      Tata letak ritel, menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan.
5.      Tata letak gudang, melihat kelebihan dan kekurangan antara ruangan dan sistem penanganan bahan.
6.      Tata letak yang berorientasi pada produk, mencari utilisasi karyawan dan mesin yang paling baik dalam produksi yang kontinu atau berulang.

Penentuan tipe layout dilakukan setelah menganalisa jumlah mesin dan peralatan serta area kerja yang dibutuhkan dalam proses operasi.  Terdapat empat macam tipe layout secara garis besar, yaitu :
1.      tata letak fasilitas pabrik berdasarkan proses (process layout)
2.      tata letak fasilitas pabrik berdasarkan aliran produk (product layout)
3.      tata letak fasilitas pabrik berdasarkan posisi tetap (fixed layout)
4.      tata letak fasilitas pabrik berdasarkan kelompok (group layout).
Pada prakteknya keempat tipe tersebut tidak murni diterapkan, akan tetapi berdasarkan kombinasi yang menguntungkan.
Penjelasan secara lengkap mengenai empat tipe-tipe layout:
1.      Layout proses, sering juga disebut functional layout
Mesin dan peralatan yang rnempuyai karakter atau fungsi yang sama ditempatkan dalam satu departemen. Misalnya mesin bubut, mesin drill, dan mesin las. Layout proses dapat digunakan sebagai suatu tipe yang menyediakan keluwesan output atau produksi berdasar pesanan, desain produk, dan metode-metode proses pabrikasinya. Layout proses adalah karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang terputus-putus. Tata letak ini berkaitan dengan proses produksi dengan volume rendah dan variasi tinggi, seperti mesin dan peralatan yang dikelompokkan bersama.  Tata letak yang berorientasi pada proses sangat baik untuk menangani produksi komponen dalam  batch kecil, atau disebut job-lot, dan untuk memproduksi beragam komponen dalam bentuk dan ukuran yang berbeda. Kelemahan tata letak ini aada pada peralatan yang biasanya memiliki kegunaan umum. Pesanan akan menghabiskan waktu lebih lama untuk berpindah dalam sistem karena penjadualan sangat sulit, penyetelan mesin beruba, dan penanganan bahan yang unik. Peralatan yang memiliki kegunaan umum membutuhkan tenaga kerja terampil, dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi karena adanya ketidakseimbangan proses produksi. Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan juga meningkat, dan jumlah barang setengah jadi cukup tinggi sehingga mengakibatkan kebutuhan modal meningkat.

2.      Layout produk, sering juga disebut line layout
Pengaturan tata letak fasilitas produksi berdasar aliran produk. Tipe ini sangat popular dan sering digunakan pada pabrik yang menghasilkan produk secara massal (mass production), dengan tipe produk relatif kecil dan standar untuk jangka waktu relatif lama. Pengaturannya adalah dengan urutan operasi dari satu bagian ke bagian lain hingga produk selesai diproses. Tujuan utama layout ini adalah mengurangi pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan. Misalnya pabrik perakitan mobil, lemari pendingin, dan televisi. Layout produk adalah karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang terus menerus.

3.      Layout posisi tetap, sering disebut fixed position layout
Pengaturan material atau komponen produk akan tetap pada posisinya, sedangkan fasilitas produksi seperti peralatan, perkakas, mesin, dan pekerja yaag bergerak berpindah menuju lokasi material tersebut.  Misalnya pabrik perakitan pesawat terbang, perakitan kapal, dan pembuatan gedung. Layout ini mengatasi kebutuhan tata letak proyek yang tidak berpindah atau proyek yang menyita tempat yang luas.

4.      Layout kelompok, sering juga disebut group layout
Pengaturan tata letak fasilitas produksi ke dalam departemen tertentu atau kelompok mesin bagi pembuatan produk yang memerlukan proses operasi yang sama. Setiap produk diselesaikan pada daerah tersendiri dengan seluruh urutan pengerjaan dilakukan pada departemen tersebut.



METODE LAYOUT

Berikut adalah metode – metode layout yang sering digunakan :
·         Cara Pertama
Mulai dengan perakitan (atau bagian proses) yang menunjukan bagaimana proses produksi dari bahan mentah sampai produk akhir dilaksanakan.
·         Cara Kedua 
Penentuan suatu layout baru dengan mempehatikan produk dari sudut pandang penanganan bahan (materials handling). Apakah produk besar dan padat atau besar dan ringan? Bagaimana tentang bentuknya? Apakah panjang dan tipis, atau lentur, atau mudah ditumpuk?
·         Cara Ketiga
Mulai dengan menggambar kebutuhan lantai (ruang) yang menunjukan seluruh bagian-bagian tetap atau semi tetap, segala sesuatu yang
 tidak dapat dipindah atau dipindah dengan mudah. 

Manajemen Layout (manajemen pemasangan komponen) diperlukan untuk mengatur penenmpatan komponen  di dalam frame agar bisa menghasilkan bentuk interface yang menarik. Penggunaan layout manager dalam menggunakan letak komponen juga akan memudahkan kita menempelkan komponen pada frame. Java menyediakan sejumlah metode layout dalam mengatur penempelan komponen ke dalam frame. Method setLayout() digunakan untuk mengatur jenis metode yang digunakan pada saat pemasangan komponen.
A.   Metode FlowLayout
Metode FlowLayout menempatkan komponen di frame berdasarkan urutan komponen-komponen tersebut ditempelkan ke frame. Penyusunan dimulai dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Secara default seluruh komponen yang ditambahkan dengan metode FlowLayout akan ditampilkan dengan rata tengah, namun metode FlowLayout memiliki konstanta LEFT, CENTER, dan RIGHT untuk mengatur perataan komponen yang diinginkan.
B.   Metode GridLayout
Metode GridLayout akan membagi area layar menjadi sejumlah tempat dalam bentuk matriks ukuran yang sama. Area layar dibagi dalam format baris dan kolom. Setiap kali terjadi perubahan ukuran frame, ukuran setiap komponen juga akan berubah. Pada prinsipnya yang dipertahankan adalah jumlah baris dan kolom yang telah ditentukan.
C.   Metode BorderLayout
Metode BorderLayout menggunakan konsep arah mata angin dalam memasang komponen. Class BorderLayout menyediakan lima konstanta yang menyatakan arah mata angin yaitu, NORTH, EAST, SOUTH, WEST dan CENTER.
Jika salah satu tidak digunakan, maka lokasi yang berdekatan akan menggunakan lokasi tersebut sebagai perluasan dari wilayahnya. Metode ini tidak memperhatikan urutan pemasukan komponen.
D.   Metode NoneLayout
Metode NoneLayout tidak cukup fleksibel digunakan. Kita harus mengatur lokasi tiap objek titik demi titik. Tiap objeknya ditentukan oleh koordinat didalam window. Jika dilihat dari hal kerapian dan kebebasan mengatur tampilan sendiri, layout ini menempati peringkat teratas dari semua alternatif layout.


















DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 2008. Material Handling. Manajemen Produksi & Operasi/Edisi Revisi 2008 : Jakarta

Asta, Gus Iswara. 2013. Material Handing, Tipe-Tipe Layout, Metode Layout. Manajemen Operasi: Jakarta

Muhammad Zidni Ramadhani. 2014. Perencanaan Kapasitas. http://taufikep.blogspot.com/2013/06/perencanaan-kapasitas.html

Putra, Hairil. 2012. Manajemen Layout. http://hairilmahardhika.blogspot.com/2012/12/manajemen-layout.html.


Ryan, Utomo Budi. 2013. Strategi Material Handling. http://ryan- utomoryanbudi.blogspot.com/2013/10/strategi-material-handling.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar