Impor Beras : Mau Sampai Kapan ??
Negara kita
tercinta yang kita sebut Indonesia sungguh beruntung telah dikaruniai sumber
daya alam yang berlimpah. Sungguh tak terbayangkan, dengan angka jutaan bahkan
milyaran pun tak mampu untuk memprediksikan jumlah kekayaan yang tersimpan di
lautan, Hutan, dan yang masih tersimpan dalam perut bumi. Anugerah luar biasa
lainnya yang lagi-lagi diterima oleh negara tercinta Indonesia adalah Iklim
tropisnya yang jelas-jelas berdampak pada suhu optimal yang sangat baik untuk
pertumbuhan tanaman yang di usahakan di Tanah subur Indonesia. Seperti kata
pepatah tongkat yang di lempar pun akan tumbuh menjadi pohon. Sungguh luar
biasa.
Melihat dari
jumlah kekayaan yang dimiliki oleh negara Indonesia sudah pasti kita akan berpendapat
bahwa indonesia adalah negara yang kaya dan sejahtera. Dimana semua
kebutuhannya terpenuhi dengan tingkat pendapatan nasional yang tinggi dan
rakyatnya yang hidup makmur. Tapi sayangnya, fakta berkata lain dengan opini
yang kita simpulkan bahwa ternyata Indonesia berada di bawah garis kemiskinan.
Kenyataan yang sangat mengejutkan dimana awalnya kita akan berfikir dengan
kesuburan tanah dan suhu optimum yang cocok untuk pertumbuhan tanaman Indonesia
adalah Negara yang menonjol dan maju dalam bidang pertanian. Faktanya Indonesia
bahkan mengimpor hampir semua bahan pangan seperti beras, kedelai, jagung,
buah-buhan, bahkan daging ternak seperti sapi. Indonesia yang dulunya menjadi
Guru bagi Malasyia dalam hal bercocok tanam sekarang bisa diibaratkan Murid
justru lebih maju dibanding Guru.
Seharusnya
kita bertanya pada diri sendiri Apa yang terjadi, kemana semua kekayaan alam
yang kita punyai hingga negara indonesia yang kita cintai berada pada
keterpurukan dan ketertinggalan. Simbol Indonesia yang kaya akan sumber daya
alam seolah tak berarti apa-apa lagi dan hanya sepatah kalimat lama nan usang.
Harusnya kita sadar kekayaan alam yang tumbuh dari tanah subur indonesia jika
dikelola dengan baik sudah pasti mampu mencukupi kebutuhan rakyat indonesia
tanpa perlu lagi mengimpor bahan-bahan pangan dari luar negeri. Peningkatan dan
pengelolaan dalam bidang petanian sangat penting mengingat pertanian merupakan
alat tercapainya stabilitas ekonomi dan politik. Karena pada dasarnya pangan
adalah sumber kebutuhan primer atau pokok yang harus dipenuhi untuk memenuhi
kebutuhan hidup demi tercapainya kelangsungan hidup.
Menurut
Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah,
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Saat ini
fungsi pangan tidk hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan agar bertahan hidup
tetapi juga memberikan asupan gizi dan nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh.
Pada intinya kebutuhan akan pangan sangat penting dn paling vital dibanding
kebutuhan manusia lainnya seperti sandang dan papan.
Masalah yang
dihadapi Indonesia saat ini adalah tidak tersedianya pangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Ditambah lagi jumlah penduduk yang terus bertambah dari waktu ke waktu semakin
menjauhkan kita dari keadaan yang disebut “ ketahanan Pangan” . ketahanan
pangan adalah suatu keadaan dimana sudah terpenuhi nya kebutuhan pangan bagi
tiap-tiap rumah tangga baik dari segi jumlah dan kualitasnya secara aman dan
terjangkau. Empat pilar utama ketahanan pangan ini adalah ketersediaan
pangan, stabilitas suplai pangan, akses dan pemanfaatan pangan.
Saat ini
Indonesia negara kita tercinta tengah menghadapi masalah serius dalam
menanggulangi kelangkaan pangan terutama kelangkaan komoditi utama pangan yaitu
beras atau nasi. Beras adalah
bagian bulir
padi (gabah) yang telah dipisah
dari sekam.
Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang
ditutupi) dan 'lemma'
(bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi,
gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah)
terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu,
atau bahkan hitam, yang disebut beras. Beras umumnya tumbuh sebagai tanaman
tahunan. Tanaman padi dapat tumbuh hingga setinggi 1 - 1,8 m.
Daunnya panjang dan ramping dengan panjang 50 - 100 cm dan lebar 2 - 2,5 cm.
Beras yang dapat dimakan berukuran panjang 5 - 12 mm dan tebal 2 - 3 mm. Kondisi
ini semakin menyulitkan indonesia untuk mewujudkan dan menciptakan ketahan
pangan bagi semua rumah tangga.
Salah satu kebijakan pemerintah
dalam mengatasi masalah kelangkaan beras adalah dengan melakukan impor beras.
Banyak pihak yang menilai bahwa ini bukan merupakan solusi yang tepat dalam
mengatasi masalah kelangkaan pangan. Khususnya hal ini berdampak pada petani
padi, dimana jelas-jelas harga bahan pangan impor yang sudah pasti lebih murah
menjadi pilihan masyarakat dibanding dengan harga pangan lokal yang relatif
lebih mahal. Ini yang membuat petani kita merasa menyesalkan tindakan
pemerintah dalam hal impor bahan pangan. Petani kita lagi-lagi menjadi korban.
Seperti yang telah kita ketahui
Negara indonesia dalam kontribusi beras dunia menduduki peringkat ketiga
setelah China dan India yaitu sebesar 8,5 %. Namun jumlah penduduk yang terus
bertambah dari waktu ke waktu ternyata membuat persediaan beras yang ada tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan akan beras yang ternyata sangat tinggi
dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia merupakan pemakan beras
terbesar di dunia dengan konsumsi 154 kg per orang per tahun . Kenyataannya
Produksi beras indonesia yang cukup tinggi ternyata tidak bisa mengimbangi
pertambahan penduduk yang sangat besar. Sehingga pemerintah kita terpaksa harus
impor beras dari Thailand dan Vietnam.
Beberapa pemicu yang mendorong
pemerintah harus melakukan impor beras adalah karena ketidakcukupannya stok
beras dalam negeri atau lokal untuk memenuhi kebutuhan penduduk indonesia akan beras. Rendahnya
produksi padi dalam negeri disebabkan karena beberapa faktor keadaan lahan
pertanian yang tidak seluas dulu lagi. Jelas dengan lahan yang sempit produksi
padi yang didapatkan pun akan minim. Sempitnya lahan pertanian disebabkan
karena banyaknya lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi tanah
pembangunan seperti pembangunan perusahaan,industri,dan gedung-gedung lainnya.
Selain itu lahan pertanian yang masih aktif bisa jadi tercemar oleh zat-zat
kimia yang berasal dari perusahaan obat-obatan atau industri kimia sehingga
sudah pasti akan mencemari tanaman padi dan menurunkan tingkat
produktivitasnya.
Selain faktor lahan ternyata faktor
iklim saat ini juga berpengaruh. Disadari petani bahwa keadaan cuaca yang tidak
menentu sperti pergeseran musim hujan dan musim kemarau sedikit menyulitkan
petani dalam memprediksi masa tanam yang tepat. Sehingga tidak heran jika
banyak petani yang mengalihfungsikan lahannya menjadi lahan perkebunan seperti
sawit, karet dan sebagainya. Kondisi di atas kemudian di perparah dengan
kebijakan pemerintah yang memperbolehkan praktek privatisasi, liberalisasi, dan
deregulasi.
Pertanyaannya mau sampai kapan kita
akan terus mengimpor beras dari luar negeri, bukankah hal ini justru akan
berdampak pada penurunan devisa negara, jika kita terus-terusan mengimpor beras
bisa jadi nantinya negara kita akan selalu bergantung dengan negara penghasil
pangan seperti Thailand dan Vietnam. Hal ini akan membuat indonesia semakin
terpuruk dan terus berada di bawah garis kemiskinan. Sudah saatnya lah kita
bangkit dan memperbaiki semuanya. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan
para petani khususnya petani pangan dengan cara perluasan lahan pertanian yang
mengusahakan tanaman padi, penciptaan teknologi yang lebih canggih dan
penyediaan benih unggul untuk mendukung peningkatan produktivitas hasil panen.
Selain itu perlunya penyuluhan dan binaan kepada para petani agar petani
memiliki pengetahuan dalam bercocok tanam khususnya tanaman pangan. Para Petani
pangan hendaknya benar-benar di fasilitasi oleh pemerintah. Dengan harapan akan
meningkatkan produksi beras baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Bisa saja Indonesia impor beras
berubah namanya menjadi Indonesia ekspor beras terbesar Dunia.
Kesadaran untuk meminimalisir atau
bahkan menghentikan impor beras dari luar negeri tidak hanya di upayakan oleh
pemerintah tetapi juga seluruh penduduk indonesia khususnya petani dimana
kebijakan impor beras yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya harus menjadi cambukan
bagi petani agar lebih giat dalam mengusahakan tanaman padi nya dan lebih
mengutamakan produksi yang tidak hanya kuantitas melainkan juga kualitas.
Diharapkan kesadaran dari mahasiswa Indonesia nantinya agar dapat memecahkan
segala persoalan yang ada di negeri ini, jangan sampai para ilmuwan indonesia
malah lari keluar negeri tanpa sempat memperbaiki dan memajukan negara sendiri.
Harapan kedepannya Indonesia menjadi negara yang maju dan sejahtera.
Indralaya, Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar