My Task

Rabu, 25 Oktober 2017

Berapakah harga sebuah kebaikan dan kejujuran?

Berapakah harga sebuah kebaikan dan kejujuran?



Hari ini teman satu kamar sekaligus teman satu kampungku akan pulang ke kampung halaman kami yang terletak di sudut provinsi Sumatera Barat,  Karena hari ini adalah hari terakhir dia disini, aku memutuskan untuk turut ikut mengantarnya sampai bandara bersama dengan teman yang lain. Kami berempat yaitu Aku, teman satu kampungku, dan dua orang teman kami yang lain memtuskan berangkat pagi-pagi sekali pukul 06.30 karena pesawat akan take off pukul 08.30 WIB. Berhubung jarak bandara dengan tempat kami tinggal adalah sekitar 1 jam an, kami berangkat mengendarai motor. Janji pukul 06.30 akhirnya terealisasi tepat pada pukul 07.00 WIB, teman yang memboncengku sempat meminta kami untuk singgah di pom bensin terdekat karena mnurutnya bensinnya tinggal sedikit dan takut habis di tengah jalan. Aku mengiyakan dengan tidak serius. Kami pun berangkat, aku dibonceng dan teman satu kampung ku juga di bonceng, awalnya motor kami masih beriringan namun seperempat perjalanan kami mulai terpisah jauh. 
Ketika melewati pom bensin pertama teman ku meminta kami singgah untuk mengisi bensin, namun ternyata aku lupa membawa uang kas, dan teman ku juga sama sekali tidak membawa uang, aku mengajaknya untuk terus berjalan sampai bertemu dengan ATM atau pom bensin yang ada ATMnya, 15 menit sudah berlalu, kami belum menemukan ATM, temanku mulai cemas karena kami mulai memasuki jalan lurus yaitu jalan yang kanan dan kirinya hanyalah rawa-rawa dan lahan kosong.  Aku masih agak santai dan berfikir bensin kami masih cukup sampai melewati jalan lurus.
Namun, tidak berapa lama suara mesin motor yang kami kendarai semakin lama semakin rendah, mulai batuk-batuk dan akhirnya berhenti sama sekali, kami panik aku berkali-kali menghubungi temanku, namun tidak di angkat mungkin tidak kedengaran karena lagi jalan. Aku mulai bercanda dan mengajak teman ku menggadaikan apa yang bisa digadaikan, temanku tak terpengaruh dan panik sambil menunjukkan jam tangannya padaku. Yapp..pukul 07.50, bisa-bisa temanku tidak jadi check in karena tas yang akan masuk bagasi masih bertengger di motor kami. Aku melihat sekitar dan Alhamdulillah tepat diseberang kami ada warung kecil yang juga menjual bensin eceran. Tapi aku sama sekali tidak membawa uang, begitu juga dengan temanku yang tersisa hanyalah receh 500 perak didalam dompetnya.
Waktu terus berjalan, aku memberanikan diri untuk ngutang dulu di warung tersebut, seorang bapak-bapak dan istrinya beserta dua orang anak laki-laki penghuni warung tersebut dan sepertinya mereka memang tinggal di ruangan yang sesak itu. “Assalamualaikum Pak, kami mau beli bensin, motor kami mati kehabisan bensin tapi saya lagi gak pegang uang kas pak, dan atm juga tidak ada disini” Aku menjelaskan panjang lebar tanpa basa-basi karena keburu waktu. Si bapak yang lagi menyapu tanpa rasa curiga langsung menyuruhku mengambilnya, Aku merasa tidak enak dengan kerelaan bapak tersebut “Saya tinggalin KTP saya ya pak?” aku menawarkan, “Gak usah Dek, gak papa ambil aja dulu” jawab si Bapak. Aku makin tidak enak “beneran gak papa pak, nanti saya bayar ya pak” aku mengeluarkan KTP ku dari dompet, si Bapak memberi isyarat menolak dengan tangannya. “Memangnya mau kemana Dek?” tiba-tiba si Ibu muncul keluar dari balik etalase warung, “mau ke bandara buk ngantarin teman, takut telat buk soalnya barangnya masih ada sama kami” jelasku. “ohh gitu, tapi ini masalahnya titipan orang dek” Si Ibu sepertinya kurang percaya padaku.
Aku maklum siapapun pasti tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal.  “Ohh gitu buk brarti gak bisa ya Buk” aku tersenyum maklum. “Gak papa biarlah, ambillah, Gak papa” tiba-tiba si Bapak langsung menyela dan menatap istrinya seolah membri isyarat ‘kasihan anak ini’. Istrinya pun nurut dan menyuruhku mengambil bensin dalam botol minuman tersebut.
Berkat bensin 1 botol itu akhrnya kami sampai 15 menit sebelum take off. Selepas mengantar temanku, aku sudah menyiapkan uang yang baru ku tarik dari mesin ATM dan sengaja ku lebihkan untuk membayar bensin tadi. Yahh..walaupun tidak banyak setidaknya bentuk ucapan terima kasihku yang besar atas bantuan si Bapak dan si Ibu tersebut.  Ketika sampai di warung tersebut, aku tidak melihat si bapak dan si Ibu, yang ada hanya anak laki-laki mereka yang sedang asyik bermain.
“Dek panggilin Ibu atau Ayahnya ya, Kakak mau beli” pintaku pada anak 7 tahun tersebut. Bocah itu berteriak memanggil ibunya tanpa beranjak dari tempat mainnya. Tidak berapa lama si Ibu yang keluar, “Mau bayar bensin yang tadi Buk” Mungkin si ibu agak kaget karena ternyata aku benar-benar menepati janji ku. “Ohh iya, 10 ribu Dek” jawabnya. Aku memberikan selembar 20 ribuan sambil mengucapkan terimakasih dan berniat langsung pergi, tapi “Dek uangnya sisa 10 ribu lagi, tunggu yah” aku mencegat langkah si ibu, “gak Buk gak papa ambil aja kembaliannya buk” lagi-lagi si Ibu tetap keukeuh “Gak usah dek harganya cuman 10 ribu kok, jangan gitu Ibu jadi gak enak” jawab si Ibu. “Udah Bu gak papa” Aku langsung berlari kecil menuju temanku yang sedang menunggu diatas motor. Namun baru beberapa langkah si anak langsung memegang tanganku “Ini kak kembaliannya 10 ribu lagi”, ya Ampun si Ibu, Aku pun menyerah dan berbalik mengucapkan terima kasih dan si Ibu balas tersenyum. 
Temanku berbisik “Kamu menghargai kebaikan mereka dengan memberi uang lebih, tetapi mereka menghargai kejujuranmu dengan tidak menerima uangmu”, karena sesungguhnya kebaikan mereka dan kejujuranmu tidak ternilai dengan uang. MasyaAllah “Terima kasih ya Rabb telah mempertemukan kami dengan orang-orang baik“

Tidak ada komentar:

Posting Komentar