MANAJEMEN PRODUKSI
AGRIBISNIS
MATERIAL
HANDLING,TIPE-TIPE LAYOUT,METODE LAYOUT

OLEH
JULIUS PARSAORAN S 05121001084
SUCI VISTARIA S 05121001089
HARDI PS 05121001090
SINTIA PUTRI PERDANA 05121001092
NURSITTAH 05121001093
YENI SETIANINGSIH 05121001094
PANJI
ILHAM RAMADHAN05121001095
YANIAR TRI H 05121401018
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam tiap proses produksi diperlukan beberapa
pertimbangan yang matang menyangkut batas maksimal kerja dari suatu alat dan
mesin yang digunakan selama proses tersebut berlangsung. Hal ini menjadi sesuatu penting untuk melihat sejauh mana alat-alat
produksi mampu beroperasi. Jika dalam menjalankan fungsinya, alat tersebut dipaksakan, maka
tidak menutup kemungkinan terjadinya over load, sehingga hal tersebut
menyebabkan alat menjadi cepat aus.
Dengan
demikian akan semakin membengkakkan biaya produksi. Dari gambaran tersebut
terlihat bahwa perencanaan kapasitas menjadi begitu penting. Perencanaan
kapasitas adalah suatu proses sitematis untuk menentukan tingkat kapasitasnya
optimal atas dasar permintaan pasar yang diperkirakan. Dalam perencanaan
kapasitas ada pilihan-pilihan yang tetap harus diperhatikan agar sasaran
perusahaan dapat dicapai.
Perencanaan kapasitas adalah proses
untuk memutuskan kebutuhan kapasitas produksi oleh perusahaan untuk
mempertemukan perubahan permintaan setiap produk. (http://en.wikipedia.org/wiki/Capacity planning).
Tujuan
perancanaan kapasitas adalah pencapaian tingkat utilitas tinggi dan tingkat
pengembalian investasi yang tinggi, dimana penetapan ukuran fasilitas sangatlah
menentukan. Perencanaan Kapasitas dapat Dilihat dalam tiga Horizon waktu:
a. Kapasitas jangka pendek (< 3 bulan)
Perencanaan
kapasitas jangka pendek –kurang
dari tiga bulan . ini dikaitkan pada proses penjadwalan harian atau mingguan
dan menyangkut pembuatan penyesuian –penyesuian untuk menghapus ‘’ variance’’
antara keluaran yang direncanakan dan keluaran nyata . keputusan perencanaan
mencakup alternatif – alternatif seperti kerja lembur, pemindahan personalia,
penggantian routing produksi
b. Kapasitas jangka menengah (3-18 bulan)
Perencanaan
kapasitas jangka menengah ( intermediet range) - rencana-
rencana bulanan atau kuartalan untuk 3 sampai 18 bulan yang atau yang akan
datang. Dalam hal ini, kapasitas juga bervariasi karena alternative –
alternative seperti penarikan tenaga kerja, pemutusan kerja, peralatan –
peralatan bukan utama.
c. Kapasitas jangka panjang p
(>1 tahun)
Perencanaan
kapasitas jangka panjang (long time) – lebih dari satu tahun.
Di mana sumber daya produktif memakan waktu lama untuk memperoleh atau menyelesaikan,
seperti bangunan, peralatan atau fasilitas. Perencanaan kapasitas jangka
panjang memerlukan partisipasi dan persetujuan manajemen puncak.
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu menerangkan defenisi perencanaan kapasitas
2. Mahasiswa
dapat menjelaskan macam-macam perencanaan kapasitas
3. Mahasiswa
mampu menjelaskan tentang material handling
4. Mahasiswa
bisa menerangkan tipe-tipe layout
5. Mahasiswa
dapat mendeskripsikan tentang metode layout yang digunakan
MATERIAL
HANDLING
1. Pengertian Material Handling
Menurut Assauri (2008), dalam produksi terdapat
bermacam-macam proses yang harus dilalui oleh produk tersebut untuk sampai
selesai dan siap dikirim ke pasar. Pergerakan/perpindahan bahan itu disebut “ material
movement ”. Akan tetapi bahan-bahan merupakan benda mati yang tidak dapat
bergerak dengan sendirinya. Oleh karena itu dibutuhkan kegiatan pemindahan
bahan yang disebut “material handling”. Jadi material handling merupakan
kegiatan mengangkat, mengangkut, dan meletakkan bahan-bahan/barang-barang dalam
proses di dalam pabrik sampai pada saat barang jadi/produk akan dikeluarkan
dalam pabrik.
Material handling (penanganan
material) dapat diartikan sebagai menangani material dengan menggunakan
peralatan dan metode yang benar. Perencanaan sistem material handling merupakan
suatu komponen penting dalam perencanaan fasilitas terutama dalam kaitannya
dengan desain tata letak. Oleh karena itu, perencanaan tata letak dan
perencanaan penanganan material selalu saling terkait satu dengan yang lainnya.
( Eddy Herjanto ; Manajemen Operasi Edisi 3 ; Grasindo ; 2008 ; Hal 143 )
Pengertian
Material Handling menurut John A Stubin, dalam Business Management yaitu,
Material handling adalah suatu bagian yang integral
dari proses produksi yang meliputi penyimpanan, pemuatan, penuranan, dan juga bagian transportasi mengangkut material ke pengepakan
sampai barang jadi yang siap dipasarkan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa material handling adalah kegiatan mengangkat,
mengangkut, meletakkan bahan-bahan dalam proses di
dalam pabrik, kegiatan ini dimulai sejak bahan-bahan masuk, atau diterima di pabrik, sampai pada saat barang jadi dikeluarkan dari pabrik.
Di dalam
merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material
handling) merupakan salah satu hal yang cukup penting untuk diperhatikan
dan diperhitungkan. Pentingnya masalah pemindahan bahan ini karena tujuan utama
dari pemindahan bahan berhubungan langsung dengan suatu cakupan yang luas yang
berurusan dengan efisiensi produksi menyeluruh.
Kegiatan material handling adalah kegiatan yang tidak produktif,
karena pada kegiatan ini bahan tidak mendapat perubahan bentuk atau perubahan
nilai, sehingga sebenarnya akan mengurangi kegiatan yang tidak efektif dan
mencari ongkos material handling terkecil. Menghilangkan transportasi, tidaklah
mungkin dilakukan, maka caranya adalah dengan melakukan hand off, yaitu menekan
jumlah ongkos yang digunakan untuk biaya transportasi. Menekan jumlah ongkos
transportasi dapat dilakukan dengan cara menghapus langkah transportasi,
mekanisasi, atau meminimasi jarak.
2. Tugas - Tugas Bagian Material
Handling
Tugas-tugas dari bagian material handling antara lain
:
1.
Mengadakan penyelidikan dan analisis untuk dapat
menentukan bagaimana kegiatan material handling dilakukan sehingga dapat lebih
efisien.
2.
Merencanakan, mengadakan pengujian/pengetesan dari
perkembangan alat-alat material handling yang baru.
3.
Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan yang perlu
dilakukan dalam cara-cara pemindahan bahan (material handling) dan dalam
pemasangan perlengkapan dan peralatan handling yang baru.
4.
Mengikuti pelaksanaan dan membuat laporan mengenai
pemasangan perlengkapan atau perlatan handling yang baru tersebut.
3. Tujuan Material Handling
Tujuan
dari dilaksanakannya material handling adalah sebagai berikut ini :
1.
Menyediakan atau menempatkan
bahan-bahan di tempat kerja. ("Make Ready").
2.
Melakukan kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau
pembuatan barang. ("Do").
3.
Memindahkan barang-barang,
bahan-bahan dari tempat kerja. ("Put
Away ").
Pada dasamya tujuan diadakannya material handling adalah untuk
menghilangkan pemborosan atau inefisiensi. Sehingga dapat
juga disimpulkan bahwa tujuan material handling adalah untuk mengangkat, mernindahkan serta menempatkan material pada saat dibutuhkan, dan untuk melancarkan proses produksi agar barang-barang dapat diseiesaikan tepat pada waktunya, serta unutuk menekan biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi.
4. Biaya Material Handling
Biaya yang keluar dari pelaksanaan
kegiatan material handling terdiri atas, upah untuk orang yang memindahkan
bahan (material handller), biaya investasi dari berbagai alat pemindahan bahan
yang digunakan dan biaya-biaya yang tidak dapat dipisahkan dan termasuk dalam
biaya produksi untuk mengerjakan produk hasilnya. Dari biaya material handling
ada sebagian yang termasuk biaya langsung (direct cost) dan sebagian biaya
tidak langsung (indirect cost).
Biaya material handling ini sangat sulit dipisahkan dari unsur-unsur biaya
produksi lainnya, maka sangat sukar untuk menentukan besarnya biaya material
handling dengan tepat.
Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan dalam suatu perusahaan / industri terdiri atas:
1.
Menyediakan atau
menempatkan bahan-bahan di tempat kerja yang disebut “make ready”.
2.
Melakukan
kegiatan-kegiatan yang nyata dalam pengolahan atau pembuatan barang-barang yang
disebut “do”.
3.
Memindahkan
barang-barang dan bahan-bahan dari tempat kerja yang disebut “put way”.
Biaya material handling ini terdiri atas:
a.
Upah orang yang
memindahkan bahan (material handler),
b.
Biaya investasi dari
berbagai alat pemindahan bahan yang digunakan
c.
Biaya untuk mengerjakan
produk hasilnya.
Suatu system dari material
handling yang baik dan efisien akan memberikan keuntungan-keuangan atau
sumbangan kepada pabrik secara efektif dengan jalan atau cara sebagai berikut:
·
Biaya handling menjadi
lebih murah atau mudah.
·
Hasil yang dapat
ditampung oleh pabrik lebih banyak.
·
Berkurangnya waktu yang
tidak produktif.
Peralatan material handling
yang biasanya dipergunakan dalam suatu perusahaan pabrik dapat dibedakan atas 2
macam :
·
Fixed path equipment yaitu peralatan material handling yang sudah tetap digunakan dalam proses
produksi, dan tidak dapat digunakan untuk maksud-maksud lain.
·
Varied path equipment yaitu peralatan material handling yang sifatnya fleksibel dapat
dipergunakan untuk bermacam-macam tujuan dan tidak khusus untuk mengangkut
bahan-bahan tertentu.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan biaya
material handling, antara lain:
1. Pengurangan
jumlah dan jarak pengangkutan. Hal ini dapat ditempuh dengan mengadakan
perubahan terhadap layout.
2. Pengurangan
waktu yang dibuthkan di dalam pengangkutan bahan. Hal ini dapat dicapai dengan
mengurangi atau menghilangkan sama sekali waktu-waktu menunggu (waiting time).
Dengan melakukan penghematan terhadapwaktu maka akan terdapat penghematan
berbagai macam biaya disampung itu jadwak waktupun dapat dipercepat.
Penghematan waktu berarti pula pemanfaatan alat-alat material handling secara lebih efektif.
3. Pemilihan
alat pengangkutan bahan yang tepat Alat-alat pengangkutan bahan harus dipilih
agar biaya operasional dan biaya modalnya minimum, terdapat keluwesan yang
tinggi dalam pengangkutan bahan-bahan memiliki tingkat keselamatan yang tinggi,
dan sebagainya.
5. Prinsip Dasar Material Handling
Beberapa prinsip dasar
yang perlu mendapat perhatian di dalam perencanaan penanganan material
(material handling) adalah sebagai berikut :
1.
Sistem penanganan material yang
disusun harus dapat memenuhi tujuan dan persyaratan dasar, serta
mempertimbangkan keinginan masa datang.
2.
Sistem
kegiatan penanganan dan penyimpanan hendaknya merupakan suatu sistem operaasi
yang terintegrasi termasuk dalam penerimaan, inspeksi, penyimpanan, produksi,
perakitan, pengemasan, pergudangan, pengangkutan dan transportasi.
3.
Peralatan
penanganan material dan prosedurnya agar didisain sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan factor kemampuan manusia dan keterbatasannya, sehingga dapat
terjadi interaksi yang efektif dengan manusia yang menggunakan sistem.
4.
Metode
dan peralatan penanganan material yang dipilih harus memberikan biaya per unit
angkut yang rendah.
5.
Faktor
pemakaian energy dari sitem penanganan material dan prosedurnya harus
diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
6.
Penggunaan
ruangan harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
7.
Sedapat
mungkin memanfaatkan gaya berat untuk memindahkan material, dengan tetap
memperhatikan keterbatasan yang menyangkut factor keselamatan tenaga kerja,
kerusakan maupun kehilangan produk.
8.
Untuk
dapat meningkatkan informasi pengendalian material, sedapat mungkin menggunakan
komputerisasi dalam sistem penanganan material dan penyimpanan.
9.
Dalam
penanganan dan penyimpanan, arus data agar dapat diintegrasikan dengan arus
fisik material.
10. Urutan operasi dan tata-letak peralatan harus
efektif dan efisien.
11. Metode dan peralatan penanganan material agar
distandarisasikan sehingga terdapat kesamaan dalam pelaksanaan dan acuan yang
digunakan.
12. Peralatan penanganan material jika mungkin
dimekanisasikan untuk meningkatkan efisiensi.
13. Metode dan peralatan penanganan material yang
digunakan harus memiliki dampak minimal terhadap lingkungan.
14. Metode penanganan harus sesederhana mungkin,
dengan mengeliminasi, mengurangi, atau mengkombinasikan gerakan dan atau
peralatan yang tidak perlu.
15. Metode dan peralatan yang dipilih sedapat
mungkin bias digunakan untuk berbagai tugas dalam berbagai kondisi operasi.
16. Metode dan peralatan penanganan material harus
sesuai dengan peraturan keselamatan yang berlaku.
17. Sistem penanganan material harus mencakup rencana
pemeliharaan dan jadwal perbaikan untuk semua peralatan serta kebijaksanaan
jangka panjang untuk penggantian peralatan dan metode yang usang.
Beberapa hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian material (Material Handling) antara lain:
1. Produk, bentuk dan ukuran, jumlah unit rata-rata yang harus dipindahkan,
daya tahan terhadap getaran dan benturan, bentuk dari bahan
baku, dan barang setengah jadi yang harus
dipindahkan.
2. Pabrik, lokasi pintu, lokasi tangga, daya tahan lantai, letak rungan, dan
jalur yang tersedia.
3. Proses produksi, urutan, arah pemindahan material, dan perlengkapan
produksi.
4. Peralatan material handling,
Manfaat yang diperoleh dari material handling adalah:
1.
Penghematan biaya produksi,
penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih efisien,
serta meningkatkan produktifitas perusahaan.
2.
Pengurangan sisa afval, yaitu
produk-produk yang tidak sesuai standar.
3.
Menaikkan luas produksi.
4.
Peningkatan kondisi kerja
karyawan.
5.
Distribusi material akan berjalan
lebih baik.
TIPE – TIPE LAYOUT
Sebuah
tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang, dan informasi
di dalam dan antar wilayah. Beberapa pendekatan dalam tata letak adalah sebagai
berikut:
1.
Tata letak dengan posisi tetap,
guna memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan
tempat, seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.
2.
Tata letak yang berorientasi pada
proses, berhubungan dengan produksi dengan volume rendah, dan bervariasi
tinggi.
3.
Tata letak kantor, menempatkan
para pekerja, peralatan, dan ruangan guna melancarkan aliran informasi.
4.
Tata letak ritel, menempatkan
rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan.
5.
Tata letak gudang, melihat kelebihan
dan kekurangan antara ruangan dan sistem penanganan bahan.
6.
Tata letak yang berorientasi pada
produk, mencari utilisasi karyawan dan mesin yang paling baik dalam produksi
yang kontinu atau berulang.
Penentuan tipe layout dilakukan
setelah menganalisa jumlah mesin dan peralatan serta area
kerja yang dibutuhkan dalam proses operasi. Terdapat
empat macam tipe layout secara garis
besar, yaitu :
1.
tata letak fasilitas pabrik
berdasarkan proses (process layout)
2.
tata letak fasilitas pabrik
berdasarkan aliran produk (product layout)
3.
tata letak fasilitas pabrik berdasarkan posisi tetap (fixed layout)
4.
tata letak fasilitas pabrik berdasarkan kelompok (group layout).
Pada prakteknya keempat tipe
tersebut tidak murni diterapkan, akan tetapi berdasarkan kombinasi yang
menguntungkan.
Penjelasan secara lengkap mengenai empat
tipe-tipe layout:
1. Layout proses, sering juga disebut functional layout
Mesin dan
peralatan yang rnempuyai karakter atau fungsi
yang sama ditempatkan dalam satu departemen. Misalnya mesin
bubut, mesin drill, dan mesin las. Layout proses dapat digunakan sebagai suatu tipe yang menyediakan keluwesan output atau produksi berdasar
pesanan, desain produk, dan metode-metode proses pabrikasinya. Layout
proses adalah karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang
terputus-putus. Tata letak ini berkaitan dengan proses produksi dengan volume
rendah dan variasi tinggi, seperti mesin dan peralatan yang dikelompokkan
bersama. Tata letak yang berorientasi pada proses sangat baik untuk
menangani produksi komponen dalam batch kecil, atau disebut job-lot,
dan untuk memproduksi beragam komponen dalam bentuk dan ukuran yang berbeda.
Kelemahan tata letak ini aada pada peralatan yang biasanya memiliki kegunaan
umum. Pesanan akan menghabiskan waktu lebih lama untuk berpindah dalam sistem
karena penjadualan sangat sulit, penyetelan mesin beruba, dan penanganan bahan
yang unik. Peralatan yang memiliki kegunaan umum membutuhkan tenaga kerja
terampil, dan persediaan barang setengah jadi menjadi lebih tinggi karena
adanya ketidakseimbangan proses produksi. Tenaga kerja terampil yang dibutuhkan
juga meningkat, dan jumlah barang setengah jadi cukup tinggi sehingga
mengakibatkan kebutuhan modal meningkat.
2. Layout
produk, sering juga disebut line layout
Pengaturan tata letak fasilitas
produksi berdasar aliran produk. Tipe ini sangat popular dan sering digunakan pada pabrik yang menghasilkan produk secara
massal (mass production), dengan tipe produk relatif kecil dan standar untuk jangka waktu relatif lama. Pengaturannya adalah dengan urutan operasi dari
satu bagian ke bagian lain hingga produk selesai diproses. Tujuan utama
layout ini adalah mengurangi pemindahan bahan
dan memudahkan pengawasan. Misalnya pabrik perakitan mobil, lemari pendingin, dan televisi. Layout produk adalah
karakteristik yang cocok untuk proses
manufacturing yang terus menerus.
3. Layout posisi tetap, sering disebut fixed position layout
Pengaturan
material atau komponen produk akan tetap pada posisinya,
sedangkan fasilitas produksi seperti peralatan,
perkakas, mesin, dan pekerja yaag bergerak berpindah menuju lokasi material
tersebut. Misalnya pabrik perakitan pesawat terbang, perakitan kapal, dan
pembuatan gedung. Layout ini mengatasi
kebutuhan tata letak proyek yang tidak berpindah atau proyek yang menyita
tempat yang luas.
4. Layout
kelompok, sering juga disebut group layout
Pengaturan tata letak fasilitas produksi ke dalam departemen tertentu atau
kelompok mesin bagi pembuatan produk
yang memerlukan proses operasi yang sama. Setiap produk diselesaikan pada
daerah tersendiri dengan seluruh urutan pengerjaan dilakukan pada departemen tersebut.
METODE LAYOUT
Berikut
adalah metode – metode layout yang sering digunakan :
·
Cara Pertama
Mulai dengan
perakitan (atau bagian proses) yang menunjukan bagaimana proses produksi dari
bahan mentah sampai produk akhir dilaksanakan.
·
Cara Kedua
Penentuan suatu layout baru dengan mempehatikan produk dari sudut pandang
penanganan bahan (materials handling). Apakah produk besar dan padat atau besar
dan ringan? Bagaimana tentang bentuknya? Apakah panjang dan tipis, atau lentur,
atau mudah ditumpuk?
·
Cara Ketiga
Mulai dengan menggambar kebutuhan lantai (ruang) yang menunjukan seluruh
bagian-bagian tetap atau semi tetap, segala sesuatu yang
tidak dapat dipindah atau dipindah
dengan mudah.
Manajemen Layout (manajemen
pemasangan komponen) diperlukan untuk mengatur penenmpatan
komponen di dalam frame agar bisa menghasilkan bentuk interface yang
menarik. Penggunaan layout manager dalam menggunakan letak komponen juga akan
memudahkan kita menempelkan komponen pada frame. Java menyediakan sejumlah
metode layout dalam mengatur penempelan komponen ke dalam frame. Method setLayout() digunakan
untuk mengatur jenis metode yang digunakan pada saat pemasangan komponen.
A. Metode FlowLayout
Metode FlowLayout
menempatkan komponen di frame berdasarkan urutan komponen-komponen tersebut
ditempelkan ke frame. Penyusunan dimulai dari kiri ke kanan dan dari atas ke
bawah. Secara default seluruh komponen yang ditambahkan dengan metode
FlowLayout akan ditampilkan dengan rata tengah, namun metode FlowLayout
memiliki konstanta LEFT, CENTER, dan RIGHT untuk mengatur perataan komponen
yang diinginkan.
B. Metode GridLayout
Metode GridLayout akan
membagi area layar menjadi sejumlah tempat dalam bentuk matriks ukuran yang
sama. Area layar dibagi dalam format baris dan kolom. Setiap kali terjadi
perubahan ukuran frame, ukuran setiap komponen juga akan berubah. Pada
prinsipnya yang dipertahankan adalah jumlah baris dan kolom yang telah
ditentukan.
C. Metode BorderLayout
Metode BorderLayout
menggunakan konsep arah mata angin dalam memasang komponen. Class BorderLayout
menyediakan lima konstanta yang menyatakan arah mata angin yaitu, NORTH, EAST,
SOUTH, WEST dan CENTER.
Jika salah satu tidak
digunakan, maka lokasi yang berdekatan akan menggunakan lokasi tersebut sebagai
perluasan dari wilayahnya. Metode ini tidak memperhatikan urutan pemasukan
komponen.
D. Metode NoneLayout
Metode NoneLayout tidak
cukup fleksibel digunakan. Kita harus mengatur lokasi tiap objek titik demi
titik. Tiap objeknya ditentukan oleh koordinat didalam window. Jika dilihat
dari hal kerapian dan kebebasan mengatur tampilan sendiri, layout ini menempati
peringkat teratas dari semua alternatif layout.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 2008. Material
Handling. Manajemen Produksi & Operasi/Edisi Revisi 2008 : Jakarta
Asta, Gus Iswara. 2013. Material
Handing, Tipe-Tipe Layout, Metode Layout. Manajemen Operasi: Jakarta
Muhammad
Zidni Ramadhani. 2014. Perencanaan Kapasitas. http://taufikep.blogspot.com/2013/06/perencanaan-kapasitas.html
Putra,
Hairil. 2012. Manajemen Layout.
http://hairilmahardhika.blogspot.com/2012/12/manajemen-layout.html.
Ryan,
Utomo Budi. 2013. Strategi Material
Handling. http://ryan- utomoryanbudi.blogspot.com/2013/10/strategi-material-handling.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar