My Task

Selasa, 04 November 2014

Impor Beras, Mau SampaiKapan??



Impor Beras : Mau Sampai Kapan ??
Negara kita tercinta yang kita sebut Indonesia sungguh beruntung telah dikaruniai sumber daya alam yang berlimpah. Sungguh tak terbayangkan, dengan angka jutaan bahkan milyaran pun tak mampu untuk memprediksikan jumlah kekayaan yang tersimpan di lautan, Hutan, dan yang masih tersimpan dalam perut bumi. Anugerah luar biasa lainnya yang lagi-lagi diterima oleh negara tercinta Indonesia adalah Iklim tropisnya yang jelas-jelas berdampak pada suhu optimal yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman yang di usahakan di Tanah subur Indonesia. Seperti kata pepatah tongkat yang di lempar pun akan tumbuh menjadi pohon. Sungguh luar biasa.

Melihat dari jumlah kekayaan yang dimiliki oleh negara Indonesia sudah pasti kita akan berpendapat bahwa indonesia adalah negara yang kaya dan sejahtera. Dimana semua kebutuhannya terpenuhi dengan tingkat pendapatan nasional yang tinggi dan rakyatnya yang hidup makmur. Tapi sayangnya, fakta berkata lain dengan opini yang kita simpulkan bahwa ternyata Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Kenyataan yang sangat mengejutkan dimana awalnya kita akan berfikir dengan kesuburan tanah dan suhu optimum yang cocok untuk pertumbuhan tanaman Indonesia adalah Negara yang menonjol dan maju dalam bidang pertanian. Faktanya Indonesia bahkan mengimpor hampir semua bahan pangan seperti beras, kedelai, jagung, buah-buhan, bahkan daging ternak seperti sapi. Indonesia yang dulunya menjadi Guru bagi Malasyia dalam hal bercocok tanam sekarang bisa diibaratkan Murid justru lebih maju dibanding Guru.

Seharusnya kita bertanya pada diri sendiri Apa yang terjadi, kemana semua kekayaan alam yang kita punyai hingga negara indonesia yang kita cintai berada pada keterpurukan dan ketertinggalan. Simbol Indonesia yang kaya akan sumber daya alam seolah tak berarti apa-apa lagi dan hanya sepatah kalimat lama nan usang. Harusnya kita sadar kekayaan alam yang tumbuh dari tanah subur indonesia jika dikelola dengan baik sudah pasti mampu mencukupi kebutuhan rakyat indonesia tanpa perlu lagi mengimpor bahan-bahan pangan dari luar negeri. Peningkatan dan pengelolaan dalam bidang petanian sangat penting mengingat pertanian merupakan alat tercapainya stabilitas ekonomi dan politik. Karena pada dasarnya pangan adalah sumber kebutuhan primer atau pokok yang harus dipenuhi untuk memenuhi kebutuhan hidup demi tercapainya kelangsungan hidup.

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Saat ini fungsi pangan tidk hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan agar bertahan hidup tetapi juga memberikan asupan gizi dan nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh. Pada intinya kebutuhan akan pangan sangat penting dn paling vital dibanding kebutuhan manusia lainnya seperti sandang dan papan.

Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah tidak tersedianya pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Ditambah lagi jumlah penduduk yang terus bertambah dari waktu ke waktu semakin menjauhkan kita dari keadaan yang disebut “ ketahanan Pangan” . ketahanan pangan adalah suatu keadaan dimana sudah terpenuhi nya kebutuhan pangan bagi tiap-tiap rumah tangga baik dari segi jumlah dan kualitasnya secara aman dan terjangkau. Empat pilar utama  ketahanan pangan ini adalah ketersediaan pangan, stabilitas suplai pangan, akses dan pemanfaatan pangan.

Saat ini Indonesia negara kita tercinta tengah menghadapi masalah serius dalam menanggulangi kelangkaan pangan terutama kelangkaan komoditi utama pangan yaitu beras atau nasi. Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras. Beras umumnya tumbuh sebagai tanaman tahunan. Tanaman padi dapat tumbuh hingga setinggi 1 - 1,8 m. Daunnya panjang dan ramping dengan panjang 50 - 100 cm dan lebar 2 - 2,5 cm. Beras yang dapat dimakan berukuran panjang 5 - 12 mm dan tebal 2 - 3 mm. Kondisi ini semakin menyulitkan indonesia untuk mewujudkan dan menciptakan ketahan pangan bagi semua rumah tangga.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah kelangkaan beras adalah dengan melakukan impor beras. Banyak pihak yang menilai bahwa ini bukan merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi masalah kelangkaan pangan. Khususnya hal ini berdampak pada petani padi, dimana jelas-jelas harga bahan pangan impor yang sudah pasti lebih murah menjadi pilihan masyarakat dibanding dengan harga pangan lokal yang relatif lebih mahal. Ini yang membuat petani kita merasa menyesalkan tindakan pemerintah dalam hal impor bahan pangan. Petani kita lagi-lagi menjadi korban.

Seperti yang telah kita ketahui Negara indonesia dalam kontribusi beras dunia menduduki peringkat ketiga setelah China dan India yaitu sebesar 8,5 %. Namun jumlah penduduk yang terus bertambah dari waktu ke waktu ternyata membuat persediaan beras yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan akan beras yang ternyata sangat tinggi dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia merupakan pemakan beras terbesar di dunia dengan konsumsi 154 kg per orang per tahun . Kenyataannya Produksi beras indonesia yang cukup tinggi ternyata tidak bisa mengimbangi pertambahan penduduk yang sangat besar. Sehingga pemerintah kita terpaksa harus impor beras dari Thailand dan Vietnam.

Beberapa pemicu yang mendorong pemerintah harus melakukan impor beras adalah karena ketidakcukupannya stok beras dalam negeri atau lokal untuk memenuhi kebutuhan  penduduk indonesia akan beras. Rendahnya produksi padi dalam negeri disebabkan karena beberapa faktor keadaan lahan pertanian yang tidak seluas dulu lagi. Jelas dengan lahan yang sempit produksi padi yang didapatkan pun akan minim. Sempitnya lahan pertanian disebabkan karena banyaknya lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi tanah pembangunan seperti pembangunan perusahaan,industri,dan gedung-gedung lainnya. Selain itu lahan pertanian yang masih aktif bisa jadi tercemar oleh zat-zat kimia yang berasal dari perusahaan obat-obatan atau industri kimia sehingga sudah pasti akan mencemari tanaman padi dan menurunkan tingkat produktivitasnya.

Selain faktor lahan ternyata faktor iklim saat ini juga berpengaruh. Disadari petani bahwa keadaan cuaca yang tidak menentu sperti pergeseran musim hujan dan musim kemarau sedikit menyulitkan petani dalam memprediksi masa tanam yang tepat. Sehingga tidak heran jika banyak petani yang mengalihfungsikan lahannya menjadi lahan perkebunan seperti sawit, karet dan sebagainya. Kondisi di atas kemudian di perparah dengan kebijakan pemerintah yang memperbolehkan praktek privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi.

Pertanyaannya mau sampai kapan kita akan terus mengimpor beras dari luar negeri, bukankah hal ini justru akan berdampak pada penurunan devisa negara, jika kita terus-terusan mengimpor beras bisa jadi nantinya negara kita akan selalu bergantung dengan negara penghasil pangan seperti Thailand dan Vietnam. Hal ini akan membuat indonesia semakin terpuruk dan terus berada di bawah garis kemiskinan. Sudah saatnya lah kita bangkit dan memperbaiki semuanya. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan para petani khususnya petani pangan dengan cara perluasan lahan pertanian yang mengusahakan tanaman padi, penciptaan teknologi yang lebih canggih dan penyediaan benih unggul untuk mendukung peningkatan produktivitas hasil panen. Selain itu perlunya penyuluhan dan binaan kepada para petani agar petani memiliki pengetahuan dalam bercocok tanam khususnya tanaman pangan. Para Petani pangan hendaknya benar-benar di fasilitasi oleh pemerintah. Dengan harapan akan meningkatkan produksi beras baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Bisa saja Indonesia impor beras berubah namanya menjadi Indonesia ekspor beras terbesar Dunia.

Kesadaran untuk meminimalisir atau bahkan menghentikan impor beras dari luar negeri tidak hanya di upayakan oleh pemerintah tetapi juga seluruh penduduk indonesia khususnya petani dimana kebijakan impor beras yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya harus menjadi cambukan bagi petani agar lebih giat dalam mengusahakan tanaman padi nya dan lebih mengutamakan produksi yang tidak hanya kuantitas melainkan juga kualitas. Diharapkan kesadaran dari mahasiswa Indonesia nantinya agar dapat memecahkan segala persoalan yang ada di negeri ini, jangan sampai para ilmuwan indonesia malah lari keluar negeri tanpa sempat memperbaiki dan memajukan negara sendiri. Harapan kedepannya Indonesia menjadi negara yang maju dan sejahtera.

Indralaya, Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar