DINAMIKA
KELOMPOK
METODE-METODE
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Oleh :
SINTIA PUTRI PERDANA 05121001092
NURSITTAH 05121001093
SANDY MARSHEILA N. 05121001097
YANIAR TRI H. 05121401018
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan
pada hakekatnya adalah upaya pemberian daya atau peningkatan keberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memandirikan
masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam segala aspek pembangunan.
Kemandirian buka berarti mampu hidup sendiri tetapi mandiri dalam pengambilan
keputusan, yaitu memiliki kemampuan untuk memilih dan keberanian menolak segala
bentuk bantuan dan atau kerjasama yang tidak menguntungkan.
Dengan pemahaman
seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana guna
meningkatkan skala/upgrade utilitas
dari obyek yang diberdayakan. Karena itu pemberdayaan masyarakat merupakan
upaya untuk terus menerus meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat
bawah yang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dalam pengertian sehari-hari, pemberdayaan masyarakat selalu
dikonotasikan sebagai pemberdayaan masyarakat kelas bawah (grassroots) yang umumnya dinilai tidak berdaya.
Pengertian
pemberdayaan masyarakat menurut Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini
Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat ketika membahas soal Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, mengutarakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau
meningkatkan kapasitasmasyarakat,
baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagaipersoalan
terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan
masyarakat memerlukan
keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah
daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin
keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
Aspek
penting dalam suatu program Perberdayaan Masyarakat adalah: program yang
disusun sendiri oleh masyarakat, menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung
keterlibatan kaum miskin, perempuan, buta huruf dan kelompok terabaikan
lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya
setempat, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan,
berbagai pihak terkait terlibat, serta berkelanjutan.
Menjalankan pendekatan Perberdayaan Masyarakat pada tingkat penentu
kebijakan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya
pembangunan yang semakin terbatas. Hal ini akan meningkatkan kesesuaian program
pembangunan dengan kenyataan setempat dan memperkuat keberlanjutan program
karena masyarakat mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab.
Terdapat sejumlah hambatan kebijakan dan kelembagaan dalam menerapkan
pendekatan Pemberdayaan Masyarakat yang berhasil. Hambatan ini antara lain
adalah terbatasnya komitmen dan pemahaman manajer senior dan para penentu
kebijakan terhadap prinsip dan keuntungan yang bisa diperoleh dari pendekatan
Pemberdayaan Masyarakat serta kurangnya orientasi pada klien oleh aparat
pemerintah di semua tingkatan. Di samping itu, hambatan finansial masih
membatasi penentuan keputusan tingkat lokal. Lebih jauh lagi, penyusunan
kebijakan rinci menghambat timbulnya kreativitas lokal. Hambatan lain adalah
kekurangan data monitoring dan evaluasi serta masih adanya struktur
pemerintahan dan proses perencanaan yang bersifat membatasi.
1.2 Tujuan
1.
Menjelaskan pengertian Pemberdayaan
Masyarakat
2.
Mendeskripsikan Metode-Metode
Pemberdayaan Masyarakat
3.
Menjelaskan Pentingnya Pemberdayaan
Masyarakat
4.
Menentukan Metode Pemberdayaan yang
efektif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan
Masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, terutama mereka yang miskin
sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan lainnya, didukung agar
mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini, lembaga
berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses Pemberdayaan Masyarakat.
Pada prinsipnya masyarakatlah yang menjadi aktor dan penentu pembangunan.
Usulan-usulan masyarakat merupakan dasar bagi program pembangunan lokal,
regional, bahkan menjadi titik pijak bagi program nasional.
2.2 Metode Pemberdayaan Masyarakat
Untuk
melaksanakan evaluasi apakah proyek yang telah dilaksanakan selama jangka
waktu tertentu telah sungguh mendatangkan perbaikan yang sesuai denganharapan
warga masyarakat, perlu dilakukan suatu penelitian. Dua metoda penelitian
evaluatif yang bersifat bottom-up adalah rapid rural appraisal (RRA), dan
participato ryrural appraisal (PRA).
A.
Metoda Rapid Rural Appraisal (RRA)
Pada dasarnya, metoda RRA merupakan
proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan
berulang-ulang, dan cepat. Untuk itudiperlukan cara kerja yang khas, seperti
tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin,menggunakan sejumlah metode, cara,
dan pemilihan teknik yang khusus, untuk meningkatkan pengertian atau
pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerjatersebut tersebut dipusatkan
pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yangdigabungkan dengan pengetahuan
ilmiah.
B.
Metoda Participatory Rural Appraisal
(PRA)
Konsepsi dasar
pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya padaketerlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metoda PRA bertujuan menjadikan warga
masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksanaan program pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan.
a)
Pengertian PRA
:
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan
pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat desa. Atau dengan kata lain dapat
disebut sebagai kelompok metode pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa
untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang
kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak (Chambers, 1995).
b)
Prinsip
Dasar
Tujuan kegiatan
PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program yang gayut dengan
hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan pendidikannya adalah untuk
mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan mereka sendiri dan
melakukan perencanaan melalui kegiatan aksi.
Dapat
disebutkan bahwa PRA adalah sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong
masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan
mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat
rencana dan tindakan (Chambers, 1995).
Beberapa prinsip yang ditekankan dalam PRA ialah :
1.
Saling belajar
dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
Prinsip dasar
PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini
berarti bahwa PRA dibangun dari
pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuan tradisional
dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode
pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat.
Oleh karenanya
diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu program
yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang telah
selesai, sempurna,dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini selalu harus
dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kesalahan yang
dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses pengembangan PRA.
2.
Keterlibatan
semua anggota kelompok, menghargai
perbedaan, dan informal
Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai
individu yang mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya
keterlibatan semua golongan masyarakatadalah sangat penting. Golongan yang
paling diperhatikan justru yang paling sedikit memiliki akses dalam kehidupan
sosial komunitasnya (miskin, perempuan,anak-anak, dll). Masyarakat heterogen
memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda.
Oleh karenanya semangat untuk saling menghargai perbedaan tersebut adalah
penting artinya. Yang terpenting adalah pengorganisasian masalah dan penyusunan
prioritas masalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai
pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka, tidak
memaksa, dan informal. Situasi santai tersebut akan mendorong tumbuhnya
hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota bukan
sebagai tamu asing yang harus disambut secara protokoler. Dengan demikian
suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan dengan baik.
3.
Orang luar sebagai
fasilitator, masyarakat sebagai pelaku
Konsekuensi
dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai
pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk
belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan
dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Secara ideal
sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama,
dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.
4.
Konsep
triangulasi
Untuk bisa
mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep
triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin
ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan
variasi teknik.
a.
Penggunaan
variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa
diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan
proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam
pengembangan program
b.
Menggali
berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran data dan
informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan
menggunakan teknik lain.
c.
Tim PRA yang
multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari anggota tim akan
memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadap penggalian informasi dan
memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi.
5.
Optimalisasi
hasil, orientasi praktis, dan keberlanjutan program
Pelaksanaan PRA
memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang trampil, partisipasi masyarakat
yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan
yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya kuantitas dan
akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala
besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.
Orientasi PRA
adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan
penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih
baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai
perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar. Masalah dan
kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat
itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian
selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program yang
mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari
potensi masyarakat.
c)
Struktur
Program :
Karena tujuan
penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat,
penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sbb.:
a.
Pengenalan
masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang
keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
b.
Perumusan
masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atasdasar masalah dan
potensi setempat.
c.
Identifikasi
alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai
kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
d.
Pemilihan
alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan
sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
e.
Perencanaan
penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau.
f.
Penyajian
rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya di tingkat
yang lebih besar.
g.
Pelaksanaan
dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan
masyarakat.
h.
Pemantauan dan
pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah
disusun.
i.
Evaluasi dan
rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang
telah terpecahkan, munculnya masalah lanjutan, dll.
d)
Teknik PRA
Beberapa teknik
penerapan PRA antara lain : (a) Penelusuran Alur Sejarah, (b) Penelusuran
Kebutuhan Pembangunan, (c) Analisa Mata Pencaharian, (d) Penyusunan Rencana
Kegiatan, (e) Focus Group Discussion,
(f) Pemetaan, dll.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat, terutama
mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan dan kelompok yang terabaikan
lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri.
2. Dua metoda pemberdayaan
masyarakat adalah rapid rural appraisal (RRA), dan participato ryrural
appraisal (PRA).
3. Metoda RRA
merupakan proses belajar yang intensif untuk memahami kondisi perdesaan,
dilakukan berulang-ulang, dan cepat.
4. PRA adalah suatu metode pendekatan untuk
mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan, dan oleh masyarakat
desa. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan
yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis
pengetahuan mereka.
1.2 Saran
Perlunya pemilihan
metode yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat untuk terbentuknya pribadi yang
berkualitas.
Daftar Pustaka
Arifin, Riva.
2012. Pengenalan Metode Pemberdayaan Masyarakat. http://rivaarifin.blogspot.com/2012/03/pengenalan-metode-pemberdayaan.html.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 17.00 WIB.
Irawan, Wendi.
2010. Metode Pemberdayaan Masyarakat. https://www.scribd.com/doc/76408558/Metode-Pemberdayaan-Masyarakat.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 17.15 WIB.
Raha, Septian.
2014. Makalah Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Miskin. http://munabarakati.blogspot.com/2014/02/makalah-pemberdayaan-masyarakat-pesisir.html.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2014 pukul 16.56 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar