Kota Pempek, Februari 2020
Sebuah Penantian....
Setiap orang di muka bumi ini pasti merasakan penantian untuk sesuatu yang diharapkannya. Setiap kita adalah insan yang pasti akan merasakan menanti dan menunggu dalam hidup ini, Entah itu menunggu untuk sesuatu yang sangat sederhana seperti menunggu makanan diantar pelayan misalnya, atau sesuatu yang lebih kompleks yang bahkan kita tidak tahu kapan datangnya, seperti menunggu jodoh dan beragam penantian lainnya.
Penantian kami kali ini tidak jauh berbeda dengan penantian ribuan pasangan lainnya di muka bumi ini. Buah hati. Tentu saja harapan kami sebagai pasangan yang baru ingin segera memiliki keturunan yang akan melengkapi kebahagiaan kami. Namun lagi-lagi kita hanyalah manusia yang hanya bisa berharap, Tuhan lah yang maha memutuskan apakah diberikan sekarang atau nanti. Karena perkara jodoh, anak dan kematian hanyalah rahasia sang Ilahi.
Pasrah? tentu saja tidak. Saya yakin pasangan-pasangan yang sedang menanti seperti kami tidak mungkin hanya berharap dan berpasrah menunggu keajaiban itu datang, memang benar Allah lah yang maha memberikannya namun Allah tentu tidak suka dengan hamba nya yang hanya berharap tanpa berusaha dan berdoa. Jadi.. pliss stopp buat para kalian yang sering menjudge kami-kami yang belum di karuniai buah hati untuk bertanya macam-macam apalagi menghakimi kami tidak melakukan apapun. Karena tidak mungkin apa-apa yang telah kami lakukan harus kami laporin ke kalian kan 😇
Awal nikah aku dan suami memang belum terlalu memikirkan untuk segera punya anak, maksudnya bukan berarti kami menunda, hanya saja ingin menikmati dulu dibawa santai, apalagi kami juga LDR an yang otomatis intensitas ketemu nya juga jarang. Sebulan sampai enam bulan pernikahan, kami masih santai dan tidak terlalu ambil pusing dengan pertanyaan keluarga ataupun orang-orang terdekat, toh kami mikirnya baru juga 6 bulan.
Balada resah dan gelisah itu mulai muncul ketika bulan ke 7 pernikahan, kenapa? karena salah satu teman ku yang baru saja nikah 3 bulan yang lalu langsung isi. MasyaAllah, dengar kabar bahagia itu, bikin hati dan perasaan ini campur aduk, bahagia Iya, sedih Iya juga, Iri ada juga. Astagfirullah 😖 Dengan perasaan yang gak karuan langsung nelpon suami, dan cerita si anu bla..bla.. bla.. sambil nangis dong pastinya. Suami cuman nenangin, bilang sabar ya sayang, InsyaAllah ntar kita juga dikasih di waktu yang tepat. Alhamdulillah dikasih Allah suami yang super duper sabar. Luv u.😍
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." Al-Baqarah : 155.
Bulan ke 8 Pernikahan mulai deh nyoba promil, beli ini-itu, makan dan minum segala yang dianggap berhasil di orang lain. Tapi tentu saja, terkadang di orang berhasil, di kita nya belum tentu. Tubuh setiap orang emang berbeda-beda ya. Sempat stress juga apalagi klo ada yang nanya sambil nyindir, Ya Allah pengen nangisss kenceng dan berdoa dalam hati semoga dia gak ngerasain apa yang ku rasakan.
Pada akhirnya, aku cukup lelah dengan semua promil-promilan ini, untungnya suami agak santai dan ngajak untuk menikmati kebersamaan kami dulu, sejak promil memang bahasan kami gak jauh-jauh dari curhatan dan kegalauan ku. Aku mulai menerima dan introspeksi diri, aku yang baru dikasih ujian segini aja dan baru nunggu 8 bulan aja udah ngeluh sama Allah, bahkan aku jahat banget pernah bilang Allah gak adil 😰 Harusnya aku malu dengan pasangan di luar sana yang belasan bahkan puluhan tahun baru dikasih sma Allah, sungguh merekalah orang-orang hebat itu, mereka yang gak pernah mengeluh meski diterpa ujian berkali-kali 😫. Bagaimana dengan Nabi Zakaria yang puluhan tahun baru dikarunia Nabi Yahya oleh Allah, bahkan ketika usianya sudah sepuh, tapi tidak ada yang tidak mungkin ketika Allah sudah berkehendak. Dan aku mengambil pelajaran ini sebagai salah satu bentuk ujian pernikahan dari Allah, bonusnya kami belajar sabar bahwa segala sesuatu yang didatangkan Tuhan pada kita pasti ada hikmahnya, entah kita sadar sekarang atau nanti.
Akhirnya bulan ke 10-12 pernikahan itu aku dan suami benar-benar menikmati pertemuan kami, makan apa aja, jalan keliling kota Palembang, dan kami udah berencana buat honeymoon di bulan berikutnya, karena sejak menikah kami belum sempat honeymoon atau jalan keluar kota cuman berdua.
Ketika rencana kami untuk honeymoon sudah sangat matang, dengan segala persiapannya dan direncanakan ketika suami libur minggu depannya. Qodarullah, ketika Allah berkata Jadi, maka Jadilah. Kun Fayakun! Tak satupun yang dapat menghalangi kehendakNYA. Ketika aku getol-getolnya motoran setiap hari dari rumah ke tempat kerja yang cukup jauh dan jalannya juga yang lumayan jelek, Allah hadirkan keajaiban itu dalam rahimku. MasyaAllah. Sehebat itu rencanaNYA,
Sesuatu yang tidak kita sangka-sangka justru hadir ketika kita sudah memasrahkan semuanya kepadaNYA. Karena Allah itu maha tahu dan sangat tahu yang terbaik untuk hambaNYA.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Qs.Al-Baqarah : 216)
Alhamdulillah, puji syukur atas keajaiban Allah yang tengah kami rasakan dalam kehidupan kami, memasuki 6 bulan kehamilan, aku merasa bahwa nikmat Allah sejatinya terus berlimpah kepada ku, Allah tidak pernah meninggalkan hambaNYA. Terkadang kita lah yang sering lalai dan meninggalkanNYA. Meskipun kondisi ku jauh dari suami dan keluarga, aku yakin Allah selalu ada menjaga ku dan melindungiku disini dengan limpahan kasih dan rahmatNYA. 😇
Teruntuk Buah hati kami:
"Nak.. terimakasih telah hadir dalam kehidupan kami, terimakasih telah memilih kami menjadi orangtuamu, Jadilah kuat karena cinta kami selalu tercurah untukmu, love u"