Berapakah harga sebuah kebaikan dan
kejujuran?
Hari ini teman satu kamar
sekaligus teman satu kampungku akan pulang ke kampung halaman kami yang
terletak di sudut provinsi Sumatera Barat,
Karena hari ini adalah hari terakhir dia disini, aku memutuskan untuk
turut ikut mengantarnya sampai bandara bersama dengan teman yang lain. Kami
berempat yaitu Aku, teman satu kampungku, dan dua orang teman kami yang lain
memtuskan berangkat pagi-pagi sekali pukul 06.30 karena pesawat akan take off pukul 08.30 WIB. Berhubung
jarak bandara dengan tempat kami tinggal adalah sekitar 1 jam an, kami
berangkat mengendarai motor. Janji pukul 06.30 akhirnya terealisasi tepat pada
pukul 07.00 WIB, teman yang memboncengku sempat meminta kami untuk singgah di
pom bensin terdekat karena mnurutnya bensinnya tinggal sedikit dan takut habis
di tengah jalan. Aku mengiyakan dengan tidak serius. Kami pun berangkat, aku
dibonceng dan teman satu kampung ku juga di bonceng, awalnya motor kami masih
beriringan namun seperempat perjalanan kami mulai terpisah jauh.
Ketika melewati pom bensin
pertama teman ku meminta kami singgah untuk mengisi bensin, namun ternyata aku
lupa membawa uang kas, dan teman ku juga sama sekali tidak membawa uang, aku
mengajaknya untuk terus berjalan sampai bertemu dengan ATM atau pom bensin yang
ada ATMnya, 15 menit sudah berlalu, kami belum menemukan ATM, temanku mulai
cemas karena kami mulai memasuki jalan lurus yaitu jalan yang kanan dan kirinya
hanyalah rawa-rawa dan lahan kosong. Aku
masih agak santai dan berfikir bensin kami masih cukup sampai melewati jalan
lurus.
Namun, tidak berapa lama
suara mesin motor yang kami kendarai semakin lama semakin rendah, mulai
batuk-batuk dan akhirnya berhenti sama sekali, kami panik aku berkali-kali
menghubungi temanku, namun tidak di angkat mungkin tidak kedengaran karena lagi
jalan. Aku mulai bercanda dan mengajak teman ku menggadaikan apa yang bisa
digadaikan, temanku tak terpengaruh dan panik sambil menunjukkan jam tangannya
padaku. Yapp..pukul 07.50, bisa-bisa temanku tidak jadi check in karena tas yang akan masuk bagasi masih bertengger di
motor kami. Aku melihat sekitar dan Alhamdulillah tepat diseberang kami ada
warung kecil yang juga menjual bensin eceran. Tapi aku sama sekali tidak
membawa uang, begitu juga dengan temanku yang tersisa hanyalah receh 500 perak
didalam dompetnya.
Waktu terus berjalan, aku
memberanikan diri untuk ngutang dulu
di warung tersebut, seorang bapak-bapak dan istrinya beserta dua orang anak
laki-laki penghuni warung tersebut dan sepertinya mereka memang tinggal di
ruangan yang sesak itu. “Assalamualaikum Pak, kami mau beli bensin, motor kami
mati kehabisan bensin tapi saya lagi gak pegang uang kas pak, dan atm juga
tidak ada disini” Aku menjelaskan panjang lebar tanpa basa-basi karena keburu
waktu. Si bapak yang lagi menyapu tanpa rasa curiga langsung menyuruhku
mengambilnya, Aku merasa tidak enak dengan kerelaan bapak tersebut “Saya tinggalin
KTP saya ya pak?” aku menawarkan, “Gak usah Dek, gak papa ambil aja dulu” jawab
si Bapak. Aku makin tidak enak “beneran gak papa pak, nanti saya bayar ya pak”
aku mengeluarkan KTP ku dari dompet, si Bapak memberi isyarat menolak dengan
tangannya. “Memangnya mau kemana Dek?” tiba-tiba si Ibu muncul keluar dari
balik etalase warung, “mau ke bandara buk ngantarin teman, takut telat buk
soalnya barangnya masih ada sama kami” jelasku. “ohh gitu, tapi ini masalahnya
titipan orang dek” Si Ibu sepertinya kurang percaya padaku.
Aku maklum siapapun pasti
tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal. “Ohh gitu buk brarti gak bisa ya Buk” aku
tersenyum maklum. “Gak papa biarlah, ambillah, Gak papa” tiba-tiba si Bapak
langsung menyela dan menatap istrinya seolah membri isyarat ‘kasihan anak ini’.
Istrinya pun nurut dan menyuruhku mengambil bensin dalam botol minuman tersebut.
Berkat bensin 1 botol itu
akhrnya kami sampai 15 menit sebelum take off. Selepas mengantar temanku, aku
sudah menyiapkan uang yang baru ku tarik dari mesin ATM dan sengaja ku lebihkan
untuk membayar bensin tadi. Yahh..walaupun tidak banyak setidaknya bentuk
ucapan terima kasihku yang besar atas bantuan si Bapak dan si Ibu
tersebut. Ketika sampai di warung
tersebut, aku tidak melihat si bapak dan si Ibu, yang ada hanya anak laki-laki
mereka yang sedang asyik bermain.
“Dek panggilin Ibu atau Ayahnya
ya, Kakak mau beli” pintaku pada anak 7 tahun tersebut. Bocah itu berteriak
memanggil ibunya tanpa beranjak dari tempat mainnya. Tidak berapa lama si Ibu
yang keluar, “Mau bayar bensin yang tadi Buk” Mungkin si ibu agak kaget karena
ternyata aku benar-benar menepati janji ku. “Ohh iya, 10 ribu Dek” jawabnya.
Aku memberikan selembar 20 ribuan sambil mengucapkan terimakasih dan berniat
langsung pergi, tapi “Dek uangnya sisa 10 ribu lagi, tunggu yah” aku mencegat
langkah si ibu, “gak Buk gak papa ambil aja kembaliannya buk” lagi-lagi si Ibu
tetap keukeuh “Gak usah dek harganya cuman 10 ribu kok, jangan gitu Ibu jadi gak
enak” jawab si Ibu. “Udah Bu gak papa” Aku langsung berlari kecil menuju
temanku yang sedang menunggu diatas motor. Namun baru beberapa langkah si anak langsung
memegang tanganku “Ini kak kembaliannya 10 ribu lagi”, ya Ampun si Ibu, Aku pun
menyerah dan berbalik mengucapkan terima kasih dan si Ibu balas tersenyum.
Temanku berbisik “Kamu
menghargai kebaikan mereka dengan memberi uang lebih, tetapi mereka menghargai
kejujuranmu dengan tidak menerima uangmu”, karena sesungguhnya kebaikan mereka
dan kejujuranmu tidak ternilai dengan uang. MasyaAllah “Terima kasih ya Rabb
telah mempertemukan kami dengan orang-orang baik“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar